Ikutilah seperti resminya padi . . . semakin berisi tunduk ke bumi . . . semakin berilmu merendah diri . . . itu sifat yang terpuji . .
English German Dutch Italian Russian Greek French Spanish Arabic Korean Japanese Chinese Indonesian

Senin, 25 Mei 2009

2. AKU MENYENANGKAN BAGIMU (a-h)

A. Wajah Yang Selalu Cerah Ceria

Entah mengapa, wajah yang cerah ceria dan jernih selalu tampak menyenangkan. Sebaliknya, wajah yang cemberut, angkuh, masam, selalu saja terlihat tidak menyenangkan.

Rasulullah saw. senantiasa berwajah cerah ceria. Bahkan beliau bersabda, "Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal Yang ringan dan lucu. Sebab, bila hati terus dipaksakan dengan memikul beban-beban yang berat, ia akan menjadi buta" (HR Abu Dawud).

Marilah kita bertekad sekuatnya agar setiap berjumpa dengan orang lain, wajah kita dalam keadaan cerah ceria. Lakukan hal itu semata-mata untuk membahagiakan orang lain dan demi kemuliaan agama Islam. Apalagi kalau diniatkan demi Allah semata. Sesungguhnya, hanya dari hati yang ikhlaslah keceriaan itu bisa muncul.

Jika sedang dirundung kesusahan, jagalah diri agar jangan sampai menebarkan kesedihan tersebut.


Sumber : MQS Publishing


K. Berhati-hatilah Dengan Penampilan, Bau Badan dan Bau Mulut

Tidak ada salahnya bila kita menjaga penampilan, bau badan atau mulut. Penampilan yang tak terlihat segar akan membuat orang lain terusik kenyamanannya, sehingga orang akan cenderung menghindari kita.

Penampilan yang terlihat rapi, segar dan tercium harum, insya Allah akan lebih mengakrabkan.


Sumber : MQS Publishing

J. Jangan Menertawakannya

Sebagian besar, sikap menertawakan muncul karena kita menyaksikan kekurangan orang lain. Sikap, penampilan dan bentuk rupanya, terkadang membuat kita tertawa karena terlihat lucu di mata kita.

Ingatlah, tertawa yang tidak pada tempatnya (berlebihan) akan mengundang rasa sakit hati.


Sumber : MQS Publishing

Kamis, 14 Mei 2009

I. Hati-hati dengan Marah

Bila Anda marah, maka waspadalah. Kemarahan yang tak terkendali biasanya menghasilkan kata-kata dan perilaku yang keji, yang akan melukai orang lain. Tentu saja, perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di lingkungan mana-pun.

Sudah seharusnya kita melatih diri mengendalikan kemarahan sekuat tenaga. Jika kemarahan itu tetap terjadi, pilihlah kata-kata yang paling tidak melukai. Sederhanakanlah, Persingkat kemarahannya. Kemudian, tidak usah sungkan untuk meminta maaf andaikata ucapan terasa berlebihan.


Sumber : MQS Publishing

H. Jangan Mengambil Haknya

Berhati-hatilah terhadap hak-hak orang lain, baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Setiap gangguan terhadap harta, waktu, tenaga, ketenangan atau hak pribadi orang lain, niscaya akan menimbulkan rasa tidak suka dan perlawanan yang mengakibatkan rusaknya hubungan.

Jangan pernah berpikir untuk menikmati hak orang lain. Sudah sepatutnya kita belajar menikmati hak kita, agar bermanfaat dan jadi sumber kebahagiaan bagi orang lain.


Sumber : MQS Publishing

G. Jangan Mengungkit Masa Lalu


Terlebih lagi jika mengungkit-ungkit kesalahan, aib atau kekurangan yang sedang berusaha ditutup-tutupi. Siapa tahu kekelaman masa lalu itu sudah terhapus melalui taubatan nashuha-nya.

Ingatlah, bahwa setiap orang memiliki kesalahan yang sangat ingin disembunyikannya. Kita pun sebenarnya memilikinya. Maka, jangan pernah ada keinginan untuk mengungkit-ungkit masa lalu apalagi menyebarluaskannya.
Hal ini sama saja dengan mengajak bermusuhan karena mencemarkan kekurangannya.

Belajarlah untuk selalu bersama-sama memulai lembaran-lembaran baru yang lebih putih, bersih dan bersemangat untuk mengisi lembaran tersebut dengan kebaikan demi kebaikan.


Sumber : MQS Publishing

F. Hindari Merusak Kebahagiaan

Bila seseorang tengah bersuka cita, tengah gembira hatinya, atau sedang bahagia, jangan sekali-kali kita melakukan tindakan yang merusak kegembiraannya saat itu juga.

Misalkan, ada seseorang yang merasa beruntung mendapatkan hadiah dari luar negeri. Padahal kita tahu hadiah tersebut buatan dalam negeri bahkan dijual di pasar umum.

Maka, tak perlu kita sampaikan hal tersebut karena hanya ingin bicara belaka. Biarkan ia berbahagia mendapatkan hadiah tersebut.


Sumber : MQS Publishing

Selasa, 12 Mei 2009

E. Jangan Membela Musuh dan Mencaci Kawan

Setiap orang mempunyai kawan yang disukai dan orang yang dibenci. Jika membela musuhnya maka kita bisa dianggap bergabung dengan musuhnya itu.

Mencaci kawannya bisa jadi diartikan kita tengah mencaci dirinya. Bersikaplah netral, sepanjang kita menghendaki kebaikan bagi semua pihak dan sadar bahwa untuk berubah harus siap menjalani berbagai proses dan tahapan.

Sementara itu, dalam bergaul yang harus kita prioritaskan adalah memperbanyak teman bukan malah memperbanyak musuh.


Sumber : MQS Publishing

Senin, 11 Mei 2009

D. Hindari Membandingkan

Sedikit pun, jangan sekali-kali -secara sengaja- kita membanding-bandingkan, baik itu berupa jasa, kebaikan, penampilan, harta, dan kedudukan seseorang dengan orang lain, yang bila ia mendengarnya menyebabkan ia merasa dirinya tidak berharga; merasa rendah diri, atau sampai merasa terhina.

Misalnya kita mengatakan, "Eh, dibanding kamu, si fulan sih lebih setia dan lebih sopan. Beda jauh sama kamu!" Silakan rasakan. Apa yang bakal muncul di benak kita bila mendengarkan kata-kata ini.
Apalagi kalau sudah berumah tangga. Jangan sekali-kali istri atau suami membanding- bandingkan istrinya dengan perempuan lain atau suami dengan laki-laki lain. Jelas, hal ini akan menyakitkan perasaan istri ataupun suami bila dibanding-bandingkan semacam itu.


Sumber : MQS Publishing

C. Hindari Memotong Pembicaraan

Betapa dongkolnya kita bila sedang berbicara kemudian tiba-tiba dipotong dan disangkal. Beda dengan uraian yang telah dituntaskan, lalu kemudian dikoreksi dengan cara yang arif, niscaya kita pun akan cenderung menghargainya. Bahkan, bisa jadi menerimanya.

Begitulah, bila kegemaran kita memotong dan memojokkan orang yang sedang berbicara tanpa alasan dan kondisi yang tepat, niscaya akan timbul ketidaksukaan dan dapat berlanjut menjadi kebencian.
Oleh karena itu, latihlah diri kita untuk selalu bersabar dalam mendengar dan mengoreksi dengan cara terbaik dan pada waktu yang tepat.


Sumber : MQS Publishing

B. Hindari Ikut Campur Urusan Pribadi

Hindari pula ikut campur urusan pribadi seseorang yang tidak ada manfaatnya jika kita terlibat. Setiap orang punya urusan pribadi yang sangat sensitif, yang bila diusik, niscaya akan memunculkan ketidak-sukaan salah satu pihak.

Maka, jangan sampai kita usil menanyakan tentang hutang, aib, masa lalu, kekurangan orangtua atau masalah-masalah lainnya yang berhubungan dengan pribadi orang lain.


Sumber : MQS Publishing

A. Hindari Penghinaan

Jangan pernah melakukan apa pun yang bersifat merendahkan, ejekan, dan penghinaan dalam bentuk apa pun terhadap seseorang. Baik tentang kepribadiannya, postur tubuhnya, dan keadaan sosialnya.
Tidak ada masalah yang selesai dengan penghinaan, celaan, apalagi merendahkan. Akibat yang muncul dari perbuatan ini adalah perasaan sakit hati dan rasa dendam.

Untuk itu, berusahalah sekuat kemampuan untuk menahan diri dari mengomentari atau bersikap yang membuat orang lain merasa direndahkan oleh diri kita.


Sumber : MQS Publishing

Kiat Menata Hati dalam Bergaul


Pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan Insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah, tidak akan pernah langgeng dan akan cenderung menjadi masalah, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Berikut ini adalah bagaimana kiat-kiat menata hati dalam bergaul sehingga kita menjadi orang yang bisa diterima dengan baik, disukai bahkan Insya Allah dicintai.

1. AKU BUKAN ANCAMAN BAGIMU

2. AKU MENYENANGKAN BAGIMU


3. AKU BERMANFAAT BAGIMU


Baiklah! sekarang kita mulai bahas pada topik yang pertama

1. AKU BUKAN ANCAMAN BAGIMU (a-k)

Keyakinan ini harus terus menerus dihujamkan ke dalam hati, bahwa diri ini tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain. Terlebih, kalau kita dengar sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, "Muslim yang baik itu adalah Muslim yang menyelamatkan Muslim lainnya dari gangguan tangan maupun lisannya."

Dengan kata lain, kualitas ke-islaman kita bisa diukur dari sampai sejauh mana orang lain merasa aman dengan kehadiran kita. Andaikata kita bertemu dengan orang yang sering menyakiti, baik lewat kata-kata maupun sikapnya, niscaya kita pun tidak akan pernah tenang dan senang berdekatan dengannya. Bahkan, kita sangat ingin menghindarinya.
Hal yang sama akan menimpa diri kita jika kita dianggap merugikan, sehingga sejak awal orang pun akan menghindar dari kita.
Untuk menepis semua itu, ada rambu-rambu pergaulan yang patut kita perhatikan, yaitu:

(lihat terus pada Posting berikutnya / di atasnya)

Sumber : MQS Publishing

Jumat, 08 Mei 2009

Luahan Hati

Hayatilah wahai sahabatku luahan hati Imam An-Nawawi ini agar dirimu dan diriku peroleh apakah yang sebenarnya kita cari di dalam hidup ini . . .


RENUNGKAN !!!

Aku mengamati semua sahabat

dan tidak ada sahabat yang baik

melainkan sahabat yang senantiasa

menjaga lidahnya . . .

Aku memikirkan tentang pakaian

tetapi aku tidak menemukan

yang lebih baik dari pakaian taqwa

Aku merenungkan . . .

tentang segala jenis amal baik

namun tidak ada yang lebih baik

daripada sering memberikan nasihat yang baik

Aku mencari segala bentuk rezeki

tapi tidak kutemui rezeki

yang lebih baik dari sifat sabar . . .

Mencintai Dalam Hening

Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dgn tenang..
Kita percaya takdir bukan?
Kita tahu dengan sangat jelas...
Dia, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya?
Jadi, apa yang kau risaukan?
Biarkan Allah yg mengaturnya,
Dan yakinlah di tangan-Nya semua akan baik-baik saja..

Cobalah renungkan...
Dia yang kau cinta,
belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu..
Dia yang kau puja,
yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam,
Akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?

Gadis, kita tak tahu dan tak akan pernah tahu..
Hingga saatnya tiba..
Maka, ku ingatkan padamu,
tidakkah kau malu jika semua rasa telah kau umbar...
Namun, ternyata kelak
bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya?

Gadis, Karena cinta kita begitu agung untuk di umbar..
Begitu mulia untuk di tampakkan..
Begitu sakral untuk di tumpahkan..

Dan sadarilah gadis, fitrah wanita adalah pemalu,
Dan kau indah karena sifat malumu..
Lalu, masihkah kau tampak menawan
jika rasa malu itu telah di nafikan?
Masihkah kau tampak bestari
jika malu itu telah kau singkap..

Duhai gadis, jadikan malu sebagai selendangmu..
Maka tawan hatimu sendiri dalam sangkar keimanan..
Dalam jeruji kesetiaan..
Yah.. Kesetiaan padanya yang telah Allah tuliskan namamu
dan namanya di Lauhul Mahfuzh..
Jauh sebelum bumi dan langit dicipta..

Maka cintailah dalam hening..
Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu,
Maka cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu..
Agar kesucianmu tetap terjaga..
Agar keanggunanmu tetap terbias..

Maka, ku beritahukan padamu,
Pegang kendali hatimu.. Jangan kau lepaskan..
Acuhkan semua godaan yang menghampirimu..
Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan untuk kau musnahkan..
Namun cinta hanya butuh kau kendalikan,
hanya cukup kau arahkan..

Gadis... yang kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya..
Maka, peganglah kendali hatimu,
Lalu..Arahkan pada Nya..
Dan cintailah dalam diam..
Dalam hening..
Itu jauh lebih indah..
Jauh lebih suci..

__ K I n S __

Kisah Dibalik Bismillah

Ada seorang isteri yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mau mengerjakan kewajiban agama dan tidak mau berbuat kebaikan.

Perempuan itu senantiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak memulai sesuatu, senantiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan suka memperolok-olokkan isterinya.

Suaminya berkata sambil mengejek, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sebentar-bentar Bismillah."

Isterinya tidak berkata apa-apa, sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan ku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."

Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan uang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan diam-diam suaminya itu mengambil duit tersebut dan menyembunyikan tas yang berisi duit ke dalam perigi di belakang rumahnya.

Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku uang yang aku berikan kepadamu waktu itu untuk disimpan."

Kemudian isterinya pergi ke tempat dimana ia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat penyimpanan duit itu, tak lupa dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. mengantar malaikat Jibril A.S. untuk mengembalikan tas berisi duit yang disembunyikan dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.

Alangkah terkejutnya sang suami, dia merasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mulai mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulai suatu pekerjaan.

Waktu

Orang yang bahagia itu akan selalu

menyediakan waktu untuk membaca

karena membaca itu sumber hikmah


menyediakan waktu tertawa


karena tertawa itu muziknya jiwa


menyediakan waktu untuk berfikir


karena berfikir itu pokok kemajuan


menyediakan waktu untuk beramal


karena beramal itu pangkal kejayaan


menyediakan waktu untuk bersenda


karena bersenda itu akan membuat


muda selalu dan menyediakan


waktu untuk beribadat


karena beribadat adalah ibu


dari segala ketenangan jiwa . . .

My Friends

TESTIMONI

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons