BANDUNG. Hujan es disertai angin kencang mengguyur sebagian Kota Bandung, Minggu (30/3/2008). Butiran es berukuran 1 hingga 3 cm itu mulai berjatuhan pada pukul 13.20 hingga pukul 13.50 WIB. Akibatnya, banyak atap rumah penduduk bocor, terutama yang terbuat dari bahan fiberglass.
Angin kencang yang menyertai hujan es itu sempat membuat warga panik, bahkan sempat berpikir bahwa kiamat akan tiba. “Baru sekarang peristiwa seperti ini terjadi. Es berjatuhan, membuat takut,” selain menimbulkan suara gaduh, bongkahan es hampir setebal kira-kira 20 cm membuat sebagian atap rumah warga bolong-bolong dan hancur.
Peristiwa itu juga membuat jalan dipenuhi dedaunan, batu-batuan, bercampur tanah, taman, pohon, kolam, semuanya berantakan.
Kini kembali terjadi lagi di Kota Bandung, Sabtu (20/2/2010) pukul 13.30 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun peristiwa ini hanya terjadi sekira 10 menit.
Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandung Hendri Subakti menyebutkan, fenomena hujan es ini merupakan bagian dari masa pancaroba menuju musim kemarau. “Masa ini ditandai dengan beberapa fenomena alam yang tidak biasa atau ekstrem, seperti angin puting beliung dan hujan es,” ujarnya.
Hujan es, menurut Hendri, muncul akibat daya angkat di awan Cumulus nimbus lebih besar dari hari biasa. “Uap air yang terkondensasi tidak lantas jatuh, tetapi terangkat. Akibat suhu yang mencapai minus derajat Celsius, tetes-tetes air mengkristal,” ujar Hendri menjelaskan.

Angin kencang yang menyertai hujan es itu sempat membuat warga panik, bahkan sempat berpikir bahwa kiamat akan tiba. “Baru sekarang peristiwa seperti ini terjadi. Es berjatuhan, membuat takut,” selain menimbulkan suara gaduh, bongkahan es hampir setebal kira-kira 20 cm membuat sebagian atap rumah warga bolong-bolong dan hancur.

Kini kembali terjadi lagi di Kota Bandung, Sabtu (20/2/2010) pukul 13.30 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun peristiwa ini hanya terjadi sekira 10 menit.

Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandung Hendri Subakti menyebutkan, fenomena hujan es ini merupakan bagian dari masa pancaroba menuju musim kemarau. “Masa ini ditandai dengan beberapa fenomena alam yang tidak biasa atau ekstrem, seperti angin puting beliung dan hujan es,” ujarnya.
Hujan es, menurut Hendri, muncul akibat daya angkat di awan Cumulus nimbus lebih besar dari hari biasa. “Uap air yang terkondensasi tidak lantas jatuh, tetapi terangkat. Akibat suhu yang mencapai minus derajat Celsius, tetes-tetes air mengkristal,” ujar Hendri menjelaskan.

0 comments:
Posting Komentar